Friday, September 21, 2007

QS. An-Nisaa ayat 140

"Dan Sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu di dalamkitab (Al-Qur'an)bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena (kalau tetap duduk dengan mereka), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam."

Ayat ini Allah SWT turunkan di Madinah, disaat bangunan Islam telah besar dan penduduk Madinah saat itu mayoritas orang beriman. Maka ketentuan di atas, merupakan arahan dan bimbingan Allah SWT terhadap orang beriman dalam berinteraksi dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Perlu diperhatikan bahwa sebelumnya ketika Islam belum besar, ia adalah ajaran baru yang di bawa Rasulullah SAW. Awalnya Rasulullah membawa Islam sendirian, lalu berangsur-angsur mengikutilah orang-orang terdekat Beliau. Masa itu menjadi ibrah untuk orang beriman dalam membangun komunitas yang sehat, adalah dimulai dari lingkup terdekat dan terkecil yang kemudian berangsur-angsur membesar dan menguat.
Pada masa Islam masih merupakan gerakan minoritas di Makkah, turun juga ayat yang senada dengan ayat di atas yaitu,

"Apabila engkau (Muhammad) melihat orang0orang memperolok-olokan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika setan benar-benar menjadikan engkau lupa(akan larangan ini), setelah ingat kembali janganlah engkau bersama orang-orang zalim." (QS. Al-an'am : 68)

Mengingat di Makkah saat itu, seorang mukmin bisa jadi berada di tengah-tengah lingkungan keluarga kafir, atau dalam posisi seorang budak, interaksi dengan kekafiran lebih mudah, sedang interaksi dengan Rasulullah SAW masih sangat terbatas, hanya dikesempatan-kesempatan tertentu dan dalam waktu yang sempit di kediaman al-arqom, maka sangat mungkin dalam keadaan demikian kesempatan untuk melihat ayat-ayat Allah SWT dipermainkan sangat besar, demikian dampak sikap orang-orang kafir itupun lebih membekas dalam jiwa orang-orang beriman, apalagi bila setan benar-benar berhasil membuat orang beriman lupa.

Dalam An-Nisa ayat 140, pernyataannya bukan lagi melihat, tapi mendengar. Maka ini menjadi penegasan dalam menyikapi orang-orang yang memperolok agama Allah, bahwa ketika baru terdengarpun seorang beriman harus menghindarinya. (Sekarang orang-orang yang memperolok ayat-ayat Allah terlihat dimana-mana, sekalipun di bulan penuh barakah ini. Kemaksiatan berlalu tanpa malu. Yang memprihatinkan pelakunya bukan lagi orang-orang kafir saja)

Arahan Allah SWT berikutnya adalah bahwa orang berimanboleh duduk bersama mereka lagi setelah pembicaraan memasuki topik lain yang bermanfaat. Disini terkandung pelajaran lain tentang bagaimana berinteraksi sesama manusia, orang beriman tidak diperkenankan lari dari masyarakatnya, walaupun mereka penuh kebobrokan, apalagi bersikap otoriter dan tangan besi, yang Allah perintahkan adalah terus menerus kembali kepada mereka, perlahan membangun kehidupan bersama yang lebih baik, mencari persamaan kebaikan, dan menghindari keburukan mereka. Sekalipun bisa saja setan membuat lupa, sehingga orang beriman terlibat di dalamnya maka segeralah meninggalkan begitu tersadar bahwa mereka berada dalam majelis seperti itu.

(Ada pesan bahwa belajar agama hendaklah dari orang beragama, tidak seperti mempelajari ilmu-ilmu yang lain, dimana pembuktian kebenarannya bisa dilakukan secara otodidak dan eksperimen ilmiah,meyakini kebenaran agama AllahSWT hanya bisa dilakukan dengan pengalaman spiritual yang terus berkembang semakin membaik dan terus membaik seiring perjalanan waktu berlalu, selalu berusaha hidup dekat dengan Allah SWT dan maju ke arah yang Allah SWT ridloi)

Ayat-ayat Allah SWT sendiri mencakup segala masalah, karena baik yang tertulis dalam kitabNya maupun segala penciptaannya adalah ayat-ayat Allah SWT yang nyata. Maka tidak ada bagian hidup ini yang terlepas dari agama. Disinilah pentingnya Syuro masalah-masalah agama, untuk evaluasi dan kontrol. Masalah agama di dunia ini bukan sekedar permasalah pribadi seorang muslim dengan Allah SWT saja.

Kenapa orang beriman harus menghindari majelis seperti itu, bila dilihat dari arti kata dasar dari kata

yakhuudluu ( diterjemahkan sebagai pembicaraan yang memperolok-olokan ayat-ayat Allah),

yang memiliki arti yang cair, ibarat kolam atau telaga, maka siapa saja yang mencoba berjalan atau membuat jejak diatasnya tentulah sia-sia. Demikian nilai pembicaraan majelis orang-orang kafir yang memperolok-olok ayat Allah, sama sekali tidak membawa manfaat, maka sewajarnya orang-orang beriman menghindarinya. Demikian juga orang-orang bertaqwa yang menghindari hal sia-sia.

Jaman sekarang pembicaraan orang-orang yang bermain-main kelihatan lebih fasih (lihat dalam semua tayangan TV), pornografi dan pornoaksi sedemikian marak padahal hanya didukung segelintir orang. Pada akhirnya pembicaraan orang berimanlah yang membekas dalam. Dulu di tahun delapan puluhan jilbab menjadi hal terlarang, berapa banyak akhwat dikeluarkan dari sekolah, difitnah dlsb, sekarang alhamdulillah jilbab telah menjadi culture bangsa Indonesia, Insya Allah. Demikian pula halnya pornografi dan pornoaksi suatu saat akan hilang dari bumi Indonesia,karena sesungguhnya kalimat kebatilan itu lemah dan tidak berarti.

Innakum idzam misluhum (tentulah kamu serupa dengan mereka)

Jika orang beriman tidak cerdas dalam bergaul, maka tidak mustahil menjadi sama dengan pengolok-olok ayat Allah SWT dan tercemari oleh keburukannya. Seorang yang baik bila melakukan keburukan akan lebih mudah dan cepat tersebar, maka ayat ini menjadi bekal orang beriman untuk lebih hati-hati menjalani kehidupan, berusaha terus menjadikan dunianya lebih baik dan kelak tidak berkumpul dengan orang-orang munafik dan kafir.

Wallahu'alam

No comments: